[BERITA69]

“Produktivitas sawit nasional yang rendah tidak lepas dari luasnya lahan sawit milik petani yang mencapai 6 juta hektare atau 42 persen dari total luas lahan sawit nasional. Jika produktivitas lahan petani ini bisa ditingkatkan menjadi 5 ton/hektare, produksi sawit nasional akan mencapai 80 juta ton. Insya Allah cukup untuk memenuhi program B50,” kata alumnus ITB dan Monash University Australia ini.

 Dengan vitalnya posisi petani, kata Dwi, PTPN mulai tahun ini berfokus membantu pemerintah dalam meningkatkan produktivitas lahan melalui peremajaan (replanting). Peremajaan dilakukan pada lahan-lahan plasma yang berhubungan dengan PTPN.

 “PTPN punya target replanting 40 ribu hektare tahun depan,” katanya. 

 Dwi Sutoro mengatakan, partisipasi perusahaan swasta dalam replanting menjadi sangat penting. Karena itu, dia berharap RSI (Rumah Sawit Indonesia) dapat mendorong anggota untuk mengambil peran ini.

“Ini Pak Kacuk Sumarto (Ketua Umum RSI) dan RSI juga akan melakukan peremajaan pada lahan-lahan anggotanya,” katanya. 

 Peremajaan sawit yang ideal, kata Dwi, biasanya dilakukan seluas 4 persen per tahun dari luas lahan.

“Kalau ada lahan 100.000 hektare, berarti ada 4.000 hektar lahan yang harus diremajakan setiap tahun,” katanya. 

Perhitungan ini sesuai best practice sawit dipotong di usia setelah 25 tahun, dan sawit yang baru ditanam mulai berbuah pada usia 4-5 tahun.

Editor: Puti Aini Yasmin

[BERITA69]