Pengeluaran rumah tangga Indonesia terus mengalami perubahan didorong dinamika ekonomi nasional dan pergeseran gaya hidup. Kebutuhan yang meningkat dan pendapatan yang cenderung stagnan membuat masyarakat Indonesia memfokuskan pengeluarannya pada sektor-sektor utama, mulai dari bahan pokok, kesehatan, hingga pendidikan.
Laporan YouGov menyebutkan bahwa pengeluaran untuk bahan makanan mengalami kenaikan tertinggi per April 2025. Kenaikan ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor harga, melainkan juga oleh gaya hidup dan kesadaran akan pentingnya pemenuhan gizi seimbang dalam keluarga.
Secara umum, 50% responden menilai bahwa pengeluaran cenderung meningkat dalam setahun terakhir. Dari responden yang menilai kenaikan pengeluaran, 34% memilih bahan makanan sebagai kategori yang pengeluarannya naik paling tinggi.
Selain bahan pokok, 25% responden menilai pengeluaran untuk pendidikan juga naik, disusul alokasi untuk tabungan (24%), biaya transportasi (20%), kebutuhan komunikasi seperti paket data (19%), kesehatan (17%), listrik (16%), pakaian (16%), perawatan kecantikan (15%), dan investasi (15%).
Sebaliknya, hanya 9% responden yang pengeluaran untuk langganan TV/internetnya naik, terendah dari kelompok pengeluaran lain. Kenaikan pengeluaran untuk teknologi dan gawai juga hanya dipilih oleh 11% responden, diikuti oleh pengeluaran untuk makanan dibawa pulang (11%) dan pengeluaran untuk makan di luar (12%).
Adapun survei ini melibatkan 2.067 responden berusia 18 tahun ke atas pada April 2025.
Data di atas menunjukkan bagaimana pengeluaran untuk hal-hal esensial seperti makanan, pendidikan, transportasi, dan kesehatan, terus meningkat. Di sisi lain, semakin banyak orang yang menyadari pentingnya menabung dan berinvestasi, menyisihkan semakin tinggi pengeluarannya untuk tabungan masa depan.
Harga bahan pokok memang mengalami kenaikan beberapa bulan terakhir, membuat pengeluaran masyarakat membengkak. Harga beras misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras sebesar 3,81% secara tahunan pada Juli 2025 menjadi Rp15.276 per kg. Selain beras, harga minyak goreng kemasan juga naik 8,31% menjadi Rp19.818 per liter. Harga cabai rawit naik 3,77% menjadi Rp54.412 per kg, sedangkan harga telur ayam ras naik 1,83% menjadi Rp29.569 per kg.
Harga Naik, Pendapatan Stagnan
Lebih lanjut, survei yang sama mengungkapkan bahwa sebanyak 46% responden mengaku pendapatannya cenderung stagnan dalam setahun terakhir. Hanya 36% responden yang merasa pendapatannya naik, sisanya merasa turun.
Pendapatan yang stagnan dibarengi dengan harga-harga kebutuhan yang terus meningkat akan memengaruhi daya beli masyarakat. Melemahnya daya beli pada akhirnya turut memperlemah ekonomi nasional, yang berdampak besar bagi kesejahteraan banyak jiwa. Penting untuk terus menyelaraskan harga kebutuhan dengan pendapatan masyarakat untuk meminimasi ketimpangan ekonomi yang masih banyak ditemukan.
Per Maret 2025, rasio Gini di Indonesia tercatat sebesar 0,375, turun dari Maret 2024 yang sebesar 0,379. Penurunan ini menandakan semakin setaranya pengeluaran per kapita seluruh penduduk, meski belum sepenuhnya merata.
Baca Juga: Indeks Optimisme 2025: Harga Kebutuhan Pokok Meningkat, Pendapatan Malah Turun?
Sumber:
https://business.yougov.com/content/52419-rising-costs-resilient-minds-indonesia-2025
https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2025/07/25/2519/gini-ratio-maret-2025-tercatat-sebesar-0-375.html