Paspampres Filipina Perketat Pengawalan Presiden Marcos Jr setelah Diancam Dibunuh Wapres Sara Duterte BERITA 69
[BERITA69]
MANILA, iNews.id – Komando Keamanan Presiden (PSC) Filipina akan meningkatkan dan memperkuat protokol keamanan untuk Presiden Ferdinand Marcos Jr dan keluarganya. Hal ini menyusul ancaman pembunuhan yang disampaikan Wakil Presiden Sara Duterte.
Selain itu, PSC juga berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum untuk mendeteksi, mencegah, dan mempertahankan diri dari setiap dan semua ancaman terhadap presiden dan keluarga.
Baca Juga
Gawat! Wapres Filipina Sara Duterte Ancam Bunuh Presiden Marcos Jr
Pernyataan ini disampaikan setelah Sekretaris Eksekutif Lucas merujuk ancaman Sara Duterte kepada PSC untuk tindakan segera yang tepat.
“Setiap ancaman terhadap kehidupan presiden dan keluarga, terlepas dari asal-usulnya, dan terutama yang dilakukan dengan sangat terang-terangan di depan umum, ditangani dengan sangat serius. Kami menganggap ini sebagai masalah keamanan nasional dan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan keselamatan presiden,” kata PSC dalam sebuah pernyataan dikutip dari The Manila Times, Minggu (24/11/2024).
Sementara itu, Kantor Komunikasi Presiden (PCO) Filipina menyampaikan dalam sebuah pernyataan bahwa Istana menanggapi serius ancaman yang dilontarkan oleh Sara Duterte.
“Berdasarkan pernyataan wakil presiden yang jelas dan tegas bahwa dia telah menyewa seorang pembunuh untuk membunuh presiden jika dugaan rencana terhadapnya berhasil, sekretaris eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini ke Komando Keamanan Presiden untuk tindakan yang tepat dan segera,” ucap PCO.
“Setiap ancaman terhadap nyawa presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, terlebih lagi ancaman ini telah diungkapkan kepada publik dengan jelas dan pasti,” tuturnya.
Sebelumnya, pada hari Jumat Sara Duterte mengklaim bahwa dia telah menyewa seorang pembunuh untuk membunuh Marcos dan istrinya jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Dia juga mengklaim bahwa Ketua DPR Filipina Martin Romualdez menginginkannya mati dan menuduh bahwa dia adalah ancaman terbesar bagi ambisi politiknya dalam pemilihan nasional 2028.
“Saya telah berbicara dengan seseorang. Saya mengatakan kepadanya bahwa jika saya terbunuh, dia harus membunuh (Marcos), Liza Araneta, dan Martin Romualdez. Tidak bercanda. Saya sudah meninggalkan instruksi,” kata Duterte.
[BERITA69]
Tinggalkan Balasan