Semakin banyaknya produk impor di pasar Indonesia membuat produk lokal kehilangan pijakannya. Survei Jakpat menyebutkan bahwa 21% responden lebih memilih produk asing dibanding produk lokal, persentasenya tersebar hampir rata antar kelompok generasi.
Preferensi ini tak lepas dari ragam alasan, mulai dari kualitas hingga harga. Ragam alasan ini menjadi input bagi pelaku usaha lokal untuk fokus dalam mengembangkan kualitas produk demi meningkatkan daya saing dengan produk asing.
Kenapa Produk Lokal Kurang Diminati?
Ragam alasan responden tidak menggunakan produk lokal | GoodStats
Alasan utama produk lokal kurang diminati adalah akibat kualitasnya. Sebanyak 38% responden mengaku meragukan kualitas produk lokal, didorong oleh pengalaman kurang menyenangkan setelah menggunakan produk buatan dalam negeri. Hal ini diakui oleh seluruh kelompok generasi dalam survei, terutama Milenial.
Lebih lanjut, 21% responden juga mengaku klaim produk lokal cenderung berlebihan dan sengaja dibuat-buat. Hasil dari pemakaian produk sering kali tidak sebanding dengan klaim yang dijanjikan, membuat banyak pengguna merasa kecewa dan kapok memakai produk lokal.
Sebanyak 19% responden merasa harga produk asing juga tidak beda jauh dengan produk lokal. Dengan harga yang sama, tentu konsumen akan mencari produk yang lebih terjamin kualitasnya, dengan klaim yang memang jujur. Tidak heran jika produk lokal jadi dihindari.
Menariknya, Gen X tercatat sangat sensitif terhadap klaim berlebihan tersebut. Generasi ini juga tidak suka dengan produk lokal karena plagiarismenya yang tinggi, menggarisbawahi pentingnya otentisitas bagi kelompok tersebut.
Ada pula 15% responden yang menilai penampilan produk lokal kurang menarik dan produk asing lebih kredibel.
Secara keseluruhan, kualitas dan otentisitas jadi penghalang utama bagi produk lokal untuk bisa bersaing dengan produk asing yang masuk ke Indonesia.
Adapun survei Jakpat ini melibatkan 1.394 responden pada 24-25 Juli 2025, menghasilkan data dengan margin of error di bawah 5%. Responden tersebar di seluruh wilayah di Indonesia, dengan 49% berasal dari Pulau Jawa non-Jabodetabek, 36% di Jabodetabek, dan 15% responden di luar Pulau Jawa.
Khusus untuk data di atas, hanya 321 responden yang dilibatkan, yakni mereka yang tercatat tidak pernah atau baru mungkin akan mencoba membeli produk lokal.